KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW DAN
KEHIDUPANNYA SEBELUM PENGANGKATANNYA MENJADI RASUL
A.
Latar
Belakang
Sebagai
seorang muslim hendaknya mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW baik
ketika beliau dalam proses kelahiran, masa kanak-kanak, masa remaja
serta kehidupannya sebelum mendapatkan mukzijat. Hal seperti itu
merupakansejarah penting yang perlu di ketahui oleh umat muslim, karena banyak
manfaat yang bisa di ambil dari kehidupan nabi Muhammad SAW baik dari
keteladanan beliau ataupun perjuangan beliau dalam mempertahankan agama Islam.
Agama islam yang di yakini oleh banyak umat sekarang ini tidak luput
dari perjuangan Rasulullah dan sahabat Nabi.
Di
zaman ilmu pengetahuan modern ini mayoritas umat muslim meremehkan tentang
sejarah Nabi Muhammad. Padahal sejarah itu merupakan bagian penting dari
perjalanan sebuah umat, bangsa, negara maupun individu. Oleh karena itu kami
mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh
dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa
umat islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur yang
sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta
akan sejarah dan pri kehidupan Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami mencoba
untuk membuka, memaparkan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, dan
mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana
proses kelahiran Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana
masa kanak-kanak dan remajanya serta kejadian-kejadian yang terjadi pada masa
itu?
3. Bagaimana
masa dewasa Nabi Muhammad SAW?
4. Bagaimana
kehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum mendapat mukzijat terbesarnya?
A.
Proses
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad dilahirkan di
Makkah pada hari senin tanggal 12 rabi’ul awal 570 M. Dan di sebut juga sebagai
tahun gajah. Penamaan tahun gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan gajah yang
dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Krajaan Habsy yang ingin menghancurkan Ka’bah
yang berada kota Mekkah dengan menunggangi Gajah, maka tahun itu sebut dengan
tahun Gajah. Nabi Muhammad adalah anggota dari bani Hasyim. Keluarga Nabi
Muhammad merupakan keluarga terhormat namun tergolong keluarga miskin. Nabi
Muhammad putra dari pasangan Abdullah bin
Abdul muthalib dengan Aminah binti Wahab. Ketika Nabi Muhammad s.a.w. masih. di dalam kandungan
ibunya, Abdullah, ayahnya, pergi ke negeri Syam (Siria) untuk berdagang.
Tetapi, sepulang dari sana, ketika sampai di kota Madinah, ia menderita sakit
dan Ayah Nabi Muhammad meninggal
dunia ketika Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya.[1]
Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul
Muttalib. “Muhammad” dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”.Muslim
mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan
dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya
dengan gelar Rasulullah dan menambahkan kalimat “Sallallaahu Alayhi Wasallam”
yang berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya”
sering disingkat “S.A.W” atau “SAW” setelah namanya. Selain itu Al-Qur’an dalam
Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama “Ahmad”, yang dalam
bahasa Arab juga berarti “terpuji” As-Saff (QS 61)
“Dan
(ingatlah) ketika Isa Putra
Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi
kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.[2]
Nabi
Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam
suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab.Ayahnya bernama Abdullah
Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya.Ibunya bernama
Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.Baik dari garis ayah maupun garis ibu,
silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi Ibrahim ASdan Nabi Ismail
AS.Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena
pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu
Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah,
gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekkah dan
Ka’bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Dalam
penyerangan Ka’bah itu, tentara Abrahah hancur karena terserang penyakit yang
mematikan yang dibawa oleh burung Ababil yang melempari tentara gajah.Abrahah
sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia. Peristiwa
ini dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Fil: 1-5. “Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah?Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan
Kakbah) itu sia-sia?Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang
berbondong-bondong,yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang
terbakar,lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.
B.
Nabi
Muhammad di Asuh halimatus Sa’diyah
Sudah
menjadi suatu kebiasaan di Mekkah, anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh
wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang
baik dan udara yang lebih bersih. Saat itulah ada wanita bernama Halimah binti
Abu Du’aib as Sa’diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karena itu ia sempat
merasa ragu untuk mengasuh Nabi Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga
tidak terlalu kaya. Akan tetapi entah mengapa Nabi Muhammad yang masih bayi itu
sangat menawan hatinya, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Nabi Muhammad
SAW sebagai anak asuhnya.Ternyata kehadiran Nabi Muhammad SAW sangat membawa
berkah pada keluarga Halimah. Jika pada saat itu kambing peliharaan Haris, suami Halimah,
bertubuh kurus-kurus, tetapi setelah memelihara rasulullah kambing-kambing
tersebut menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya.
Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur.Kehidupan keluarga
Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian.Mereka
yakin sekali bahwa bayi dari Mekkah yang mereka asuh itulah yang membawa berkah
bagi kehidupan mereka.[3]
Setelah
2 tahun halimatus Sa’diyah mengasuh nabi.halimatus Sa’diyah meminta 2 tahun
lagi untuk mengasuh nabi, dan setelah di sepakati dalam rapat keluarga,
halimatus Sa’diyah kembali mengasuh nabi 2 tahun lagi, hingga empat tahun lah
halimatus Sa’diyah mengasuh nabi Muhammad,
maka Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang
telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya
kembali dalam keadaan sehat dan segar.[4]
C.
Nabi
Muhammad menjadi yatim piatu
Dalam
masa Pada saat Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya Aminah binti Wahab
mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta
mengunjungi makam ayahnya.disana Aminah menceritakan perihal ayah nya Abdullah
yang berdagang ke negeri Syam, dan jatuh sakit hingga wafat. Hal itu membawa
kesedihan kepada nabi Muhammad, hingga peristiwa tersebut di sebut-sebut beliau
setelah menjadi rasul dan hijrah ke Madinah.
Setelah
satu bulan beliau tinggal di madinah bersama ibunya, kemudian beliau kembali ke
mekkah. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit.Setelah beberapa
hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib,
dan dikuburkan di sana.
Setelah
itu nabi Muhammad SAW di asuh oleh kakek dari ayahnya yang bernama Abdul
Muthalib, Abdul Muthalib inilah yang memberi nama Muhammad kepada beliau.Kakek
beliau ini adalah orang yang terpandang dan berwibawa dan sangat di segani
serta di hormati oleh kaum Quraisy. Sekitar 2 tahun lamanya Abdul Muthalib mengasuh
nabi, kemudiain kakek beliau tersebut meninggal. Sepeninggal abdul MuThalib,
nabi muhammad ganti di asuh oleh pamannya yaitu Abu Thalib, yaitu anak dari
Abdul Muthalib.Abu Thalib termasuk orang yang lemah perekonimiannya, namun ia
begitu sayang kepada beliau bahkan melebihi anak kandung nya sendiri.
Nabi
Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke syiria (syam) dalam
usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Tholib, dalam perjalanan ini,
di Basroh sebelah selatan syiria ia bertemu dengan pendeta kristen bernama
Buhairoh “Bahira”. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad
sesuai dengan petunjuk cerita-cerita kristen yang terdapat pada kitab Taurat
dan Injil. Pendeta itu pendeta itu
menassehati Abu Tholib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah syiria. Sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang
mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Maka di bawalah
kembali nabi ke mekkah, dan di mekkah nabi bekerja dengan mengembala kan
kambing-kambing keluarga dan kembing-kambing orang lain yang di percaya kan
kepada nya.
D.
Nabi
Muhammad menikah dengan Khadijah
Setelah
beliau dewasa, beliau berusaha sendiri dengan berdagang, beliau di kenal dengan
pemuda yang jujur dalam berdagang. Mendengar hal itu Siti Khadijah seorang
janda yang kaya lalu mempercayakan barang dagangan nya kepada beliau, selama
beliau memperdagangkan barang dagangan siti Khadijah, maka semakin terkenalah
kejujuran beliau, tidak hanya di mekkah bahkan sampai ke negeri syam dan
lainnya.
Dan
semenjak mendengar hal itu, Siti Khadijah pun menaruh hati kepada Nabi
Muhammad, dan berniat untuk menjadi kan nabi Muhammad sebagai suaminya. Untuk
itu Khadijah mengutus seorang teman dekat nya dan menemui nabi, dan mengatakan bahwa maksud kedatanganya ialah untuk
menyampaikan pesan Siti Khadijah, mendengar hal tersebut, nabi merasa terkejut,
dan berdebar-debar, lalu beliau berfikir sejenak serta bermusyawarah dengan
keluarga, dan keluarga beliau pun setuju dengan lamaran tersebut. Dan
dilangsungkan lah pernikahan tersebut, pada usia nabi berumur 25 tahun terpaut
beda usia 15 tahun dengan Siti Khadijah yang berumur 40 tahun.[5]
Dalam
perkawinannya beliau di karuniai enam oranganak, dua orang lelaki dan empat
orang perempuan. Yaitu: Al-Qasim, Abdullah, Zaynab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan
Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu masih kecil. Nabi Muhammad tidak
menikah sampai Khadijah meninggal dunia. Khadijah meninggal dunia pada tahun
619 M ketika usia Nabi Muhammad 50 tahun.[6]
E.
MEMPEROLEH GELAR “AL-AMIN”
Ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun,di Makkah
terjadi bencana banjir sehingga merusakkan sebagian dinding Ka’bah. Setelah
usai bencana, kaum Quraisy beramai-ramai memperbaiki dinding Ka’bah yang runtuh
itu. Pada saat pekerjaan telah selesai, clan tinggal Hajar al-Aswad (batu
hitam) yang mesti dikembalikan di tempatnya semula, terjadilah perselisihan di
antara mereka. Masing-masing suku ingin memperoleh kehormatan dengan meletakkan
Hajar al-Aswad itu di tempatnya. Hampir saja terjadi pertumpahan darah di
antara mereka. Tetapi, tiba-tiba salah seorang berkata: “Wahai kaumku,
janganlah kalian saling bermusuhan karena ini. Sebaiknya kita tunggu saja esok
pagi, siapa yang pertama kali datang ke pintu Masjid ini, dialah yang berhak
mengambil keputusan.”
Pagi-pagi keesokan harinya, kaum Quraisy mendapati
bahwa orang yang pertama kali masuk ke pintu Masjid adalah Nabi Muhammad
s.a.w. Maka bersoraklah mereka menyambutnya, karena mereka yakin akan kejujuran
pemuda Muhammad. Jadilah Nabi Muhammad s.a.w. sebagai hakim yang memutuskan
perkara Hajar al-Aswad itu.
Nabi Muhammad s.a.w. kemudian menggelarkan kain surbannya
di atas tanah dan meletakkan Hajar al-Aswad di atasnya. Lalu, kepada
masing-maing kepala suku, beliau memerintahkan untuk memegang tiap-tiap ujung kain
itu dan mengangkatnya. Sampai diatas, beliau lalu mengangkat batu suci dengan
tangannya sendiri, dan meletakkannya di tempatnya semula. Dengan cara itu,
seluruh kaum Quraisy merasa puas, dan berseru: “Kami rela atas keputusan yang
dibuat oleh orang yang dipercaya ini. Sejak itu, Nabi Muhammad SAW. mendapat
gelar “Al-Amin”, artinya “Yang Dipercaya”.[7]
F.
Nabi Mengasingkan diri ke Gua Hira dan di Angkat
menjadi Nabi dan Rasul Allah
Pada suatu malam di dalam tidur beliau bermimpi
melihat cahaya terang seperti cahaya terang cuaca waktu subuh, karna itu beliau
bertambah gemar berkhalwat dan bertahanuts di gua Hira tersebut. Menjelang
usianya yang keempat puluh, beliau sudah terlalu biasa memisahkan diri dari
keramaian masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilo
meter di utara Mekah. Di sana Muhammad mula-mula ber jam-jam kemudian
berlari-lari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril
muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah
mencipta Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia.Dia telah
mengajar dengan Qalam.Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka
ketahui" (QS 96: 1-5).Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti
Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum
diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.[8]
Setelah
wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam
keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu
berbunyi sebagai berikut: "Hai orang
yang berselimut, bangun dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu,
dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah" (Al-Muddatstsir: 1-7) (Amin,
2006).[9]
Daftar
Pustaka
Badri Yatim, (2010), Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: PT Rajagrapindo Persada.
Baidlowi
Syamsuri, (t.t), Riwayat Ringkas 25 Rasul,
Surabaya: Apollo.
Jamhari
Makruf, (2012), Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Moenawar Chalil, (1993), Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Buku Pertama, Jakarta: Bulan Bintang.
Moenawar Chalil, (2001), Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1, Jakarta: Gema Insani Press.
[1]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Rajagrapindo Persada, 2010),
hlm. 9.
[2]
Baidlowi Syamsuri, Riwayat Ringkas 25 Rasul
(Surabaya: Apollo, t.t,), hlm.
247-248.
[3] Ibid., hal. 246
[4]Moenawar
Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 83.
[5]Baidlowi
Syamsuri, op. cit., hlm. 249-250.
[6]
Jamhari Makruf, Pendidikan Agama Islam
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 267.
[7]
Ibid., hal. 250-251.
[8]
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad 1, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm.
107-108.
[9]
Moenawar Chalil, op. cit. hlm.
170-171.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar