Turbo

Selasa, 17 November 2015

Tugas SKI semester IV Sejarah Nabi Muhammad ( Abdullah, Nia Marcela, Sri Wahyuni ) STAI Tembilahan

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW DAN KEHIDUPANNYA SEBELUM PENGANGKATANNYA MENJADI RASUL

A.        Latar Belakang
Sebagai seorang muslim hendaknya mengetahui  sejarah Nabi Muhammad SAW baik ketika beliau  dalam proses kelahiran, masa kanak-kanak, masa remaja serta kehidupannya sebelum mendapatkan mukzijat. Hal seperti itu merupakansejarah penting yang perlu di ketahui oleh umat muslim, karena banyak manfaat yang bisa di ambil dari kehidupan nabi Muhammad SAW baik dari keteladanan beliau ataupun perjuangan beliau dalam mempertahankan agama Islam. Agama islam yang di yakini oleh banyak umat sekarang ini tidak luput dari  perjuangan Rasulullah dan sahabat Nabi.
Di zaman ilmu pengetahuan modern ini mayoritas umat muslim meremehkan tentang sejarah Nabi Muhammad. Padahal sejarah itu merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat, bangsa, negara maupun individu. Oleh karena itu kami mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa umat islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah dan pri kehidupan Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada Nabi Muhammad SAW.



B.  Rumusan masalah
1. Bagaimana proses kelahiran Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana masa kanak-kanak dan remajanya serta kejadian-kejadian yang terjadi pada masa itu?
3. Bagaimana masa dewasa Nabi Muhammad SAW?
4. Bagaimana kehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum mendapat mukzijat terbesarnya?
















A.        Proses Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah pada hari senin tanggal 12 rabi’ul awal 570 M. Dan di sebut juga sebagai tahun gajah. Penamaan tahun gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Krajaan Habsy yang ingin menghancurkan Ka’bah yang berada kota Mekkah dengan menunggangi Gajah, maka tahun itu sebut dengan tahun Gajah. Nabi Muhammad adalah anggota dari bani Hasyim. Keluarga Nabi Muhammad merupakan keluarga terhormat namun tergolong keluarga miskin. Nabi Muhammad putra dari pasangan Abdullah bin  Abdul muthalib dengan Aminah binti Wahab. Ketika Nabi Muhammad s.a.w. masih. di dalam kandungan ibunya, Abdullah, ayahnya, pergi ke negeri Syam (Siria) untuk berdagang. Tetapi, sepulang dari sana, ketika sampai di kota Madinah, ia menderita sakit dan Ayah Nabi Muhammad meninggal dunia ketika Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya.[1]

 Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muttalib. “Muhammad” dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”.Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasulullah dan menambahkan kalimat “Sallallaahu Alayhi Wasallam” yang berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya” sering disingkat “S.A.W” atau “SAW” setelah namanya. Selain itu Al-Qur’an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama “Ahmad”, yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji” As-Saff (QS 61)
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.[2]
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab.Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya.Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi Ibrahim ASdan Nabi Ismail AS.Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekkah dan Ka’bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Dalam penyerangan Ka’bah itu, tentara Abrahah hancur karena terserang penyakit yang mematikan yang dibawa oleh burung Ababil yang melempari tentara gajah.Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia. Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Fil: 1-5. “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu sia-sia?Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.


B.        Nabi Muhammad di Asuh halimatus Sa’diyah
Sudah menjadi suatu kebiasaan di Mekkah, anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat itulah ada wanita bernama Halimah binti Abu Du’aib as Sa’diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karena itu ia sempat merasa ragu untuk mengasuh Nabi Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu kaya. Akan tetapi entah mengapa Nabi Muhammad yang masih bayi itu sangat menawan hatinya, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Nabi Muhammad SAW sebagai anak asuhnya.Ternyata kehadiran Nabi Muhammad SAW sangat membawa berkah pada keluarga Halimah. Jika pada saat itu  kambing peliharaan Haris, suami Halimah, bertubuh kurus-kurus, tetapi setelah memelihara rasulullah kambing-kambing tersebut menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur.Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian.Mereka yakin sekali bahwa bayi dari Mekkah yang mereka asuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.[3]
Setelah 2 tahun halimatus Sa’diyah mengasuh nabi.halimatus Sa’diyah meminta 2 tahun lagi untuk mengasuh nabi, dan setelah di sepakati dalam rapat keluarga, halimatus Sa’diyah kembali mengasuh nabi 2 tahun lagi, hingga empat tahun lah halimatus Sa’diyah mengasuh nabi Muhammad,  maka Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.[4]

C.        Nabi Muhammad menjadi yatim piatu
Dalam masa Pada saat Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya.disana Aminah menceritakan perihal ayah nya Abdullah yang berdagang ke negeri Syam, dan jatuh sakit hingga wafat. Hal itu membawa kesedihan kepada nabi Muhammad, hingga peristiwa tersebut di sebut-sebut beliau setelah menjadi rasul dan hijrah ke Madinah.
Setelah satu bulan beliau tinggal di madinah bersama ibunya, kemudian beliau kembali ke mekkah. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit.Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.
Setelah itu nabi Muhammad SAW di asuh oleh kakek dari ayahnya yang bernama Abdul Muthalib, Abdul Muthalib inilah yang memberi nama Muhammad kepada beliau.Kakek beliau ini adalah orang yang terpandang dan berwibawa dan sangat di segani serta di hormati oleh kaum Quraisy. Sekitar 2 tahun lamanya Abdul Muthalib mengasuh nabi, kemudiain kakek beliau tersebut meninggal. Sepeninggal abdul MuThalib, nabi muhammad ganti di asuh oleh pamannya yaitu Abu Thalib, yaitu anak dari Abdul Muthalib.Abu Thalib termasuk orang yang lemah perekonimiannya, namun ia begitu sayang kepada beliau bahkan melebihi anak kandung nya sendiri. 
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke syiria (syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Tholib, dalam perjalanan ini, di Basroh sebelah selatan syiria ia bertemu dengan pendeta kristen bernama Buhairoh “Bahira”. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita kristen yang terdapat pada kitab Taurat dan Injil. Pendeta itu  pendeta itu menassehati Abu Tholib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah syiria.  Sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Maka di bawalah kembali nabi ke mekkah, dan di mekkah nabi bekerja dengan mengembala kan kambing-kambing keluarga dan kembing-kambing orang lain yang di percaya kan kepada nya.
D.        Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah
Setelah beliau dewasa, beliau berusaha sendiri dengan berdagang, beliau di kenal dengan pemuda yang jujur dalam berdagang. Mendengar hal itu Siti Khadijah seorang janda yang kaya lalu mempercayakan barang dagangan nya kepada beliau, selama beliau memperdagangkan barang dagangan siti Khadijah, maka semakin terkenalah kejujuran beliau, tidak hanya di mekkah bahkan sampai ke negeri syam dan lainnya.
Dan semenjak mendengar hal itu, Siti Khadijah pun menaruh hati kepada Nabi Muhammad, dan berniat untuk menjadi kan nabi Muhammad sebagai suaminya. Untuk itu Khadijah mengutus seorang teman dekat nya dan menemui nabi, dan mengatakan  bahwa maksud kedatanganya ialah untuk menyampaikan pesan Siti Khadijah, mendengar hal tersebut, nabi merasa terkejut, dan berdebar-debar, lalu beliau berfikir sejenak serta bermusyawarah dengan keluarga, dan keluarga beliau pun setuju dengan lamaran tersebut. Dan dilangsungkan lah pernikahan tersebut, pada usia nabi berumur 25 tahun terpaut beda usia 15 tahun dengan Siti Khadijah yang berumur 40 tahun.[5]
Dalam perkawinannya beliau di karuniai enam oranganak, dua orang lelaki dan empat orang perempuan. Yaitu: Al-Qasim, Abdullah, Zaynab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu masih kecil. Nabi Muhammad tidak menikah sampai Khadijah meninggal dunia. Khadijah meninggal dunia pada tahun 619 M ketika usia Nabi Muhammad 50 tahun.[6]
E.        MEMPEROLEH GELAR “AL-AMIN
Ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun,di Makkah terjadi bencana banjir sehingga merusakkan sebagian dinding Ka’bah. Setelah usai bencana, kaum Quraisy beramai-ramai memperbaiki dinding Ka’bah yang runtuh itu. Pada saat pekerjaan telah selesai, clan tinggal Hajar al-Aswad (batu hitam) yang mesti dikembalikan di tempatnya semula, terjadilah perselisihan di antara mereka. Masing-masing suku ingin memperoleh kehormatan dengan me­letakkan Hajar al-Aswad itu di tempatnya. Hampir saja terjadi per­tumpahan darah di antara mereka. Tetapi, tiba-tiba salah seorang berkata: “Wahai kaumku, janganlah kalian saling bermusuhan karena ini. Sebaiknya kita tunggu saja esok pagi, siapa yang per­tama kali datang ke pintu Masjid ini, dialah yang berhak meng­ambil keputusan.”
Pagi-pagi keesokan harinya, kaum Quraisy mendapati bahwa orang yang pertama kali masuk ke pintu Masjid adalah Nabi Mu­hammad s.a.w. Maka bersoraklah mereka menyambutnya, karena mereka yakin akan kejujuran pemuda Muhammad. Jadilah Nabi Muhammad s.a.w. sebagai hakim yang memutuskan perkara Hajar al-Aswad itu.
Nabi Muhammad s.a.w. kemudian menggelarkan kain surban­nya di atas tanah dan meletakkan Hajar al-Aswad di atasnya. Lalu, kepada masing-maing kepala suku, beliau memerintahkan untuk memegang tiap-tiap ujung kain itu dan mengangkatnya. Sampai diatas, beliau lalu mengangkat batu suci dengan tangannya sendiri, dan meletakkannya di tempatnya semula. Dengan cara itu, seluruh kaum Quraisy merasa puas, dan berseru: “Kami rela atas keputus­an yang dibuat oleh orang yang dipercaya ini. Sejak itu, Nabi Muhammad SAW. mendapat gelar “Al-Amin”, artinya “Yang Dipercaya”.[7]
F.        Nabi Mengasingkan diri ke Gua Hira dan di Angkat menjadi Nabi dan Rasul Allah
Pada suatu malam di dalam tidur beliau bermimpi melihat cahaya terang seperti cahaya terang cuaca waktu subuh, karna itu beliau bertambah gemar berkhalwat dan bertahanuts di gua Hira tersebut. Menjelang usianya yang keempat puluh, beliau sudah terlalu biasa memisahkan diri dari keramaian masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa  kilo meter di utara Mekah. Di sana Muhammad mula-mula ber jam-jam kemudian berlari-lari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia.Dia telah mengajar dengan Qalam.Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui" (QS 96: 1-5).Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.[8]
Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: "Hai orang yang berselimut, bangun dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah" (Al-Muddatstsir: 1-7) (Amin, 2006).[9]



Daftar Pustaka
Badri Yatim, (2010),  Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Rajagrapindo Persada.
Baidlowi Syamsuri, (t.t), Riwayat Ringkas 25 Rasul, Surabaya: Apollo.
Jamhari Makruf, (2012), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Moenawar Chalil, (1993), Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Buku Pertama, Jakarta: Bulan Bintang.
Moenawar Chalil, (2001), Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1, Jakarta: Gema Insani Press.












[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam  (Jakarta: PT Rajagrapindo Persada, 2010), hlm. 9.

[2] Baidlowi Syamsuri, Riwayat Ringkas 25 Rasul (Surabaya: Apollo, t.t,), hlm. 247-248.
[3] Ibid., hal. 246
[4]Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 83.
[5]Baidlowi Syamsuri, op. cit., hlm. 249-250.
[6] Jamhari Makruf, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 267.

[7] Ibid., hal. 250-251.
[8] Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad 1, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 107-108.
[9] Moenawar Chalil, op. cit. hlm. 170-171.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar