makalah
pendidikan budi pekerti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Sejak usia
dini hingga dewasa anak manusia sebaiknya telah memiliki modal budi pekerti,
sehingga kita dapat membangun hari depannya menjadikannya sebagai manusia
seutuhnya.pendidikan budi pekerti ditanam oleh orang tua dan keluerga di rumah,
kemudian sekolah, dan tentu saja dimasyarakat secara langsung.
Moral
merupakan nilai tentang baik buruknya kelakuan manusia. Oleh karena itu moral
berkaitan dengan nilai terutama nilai afektif.
Akar dari
semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada
hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang
memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam
kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebijakan,
yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral.
B. Rumusan
masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti?
2. Apa
yang dimaksud dengan pendidikan moral?
3. Apa
yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian pendidikan budi pekerti
2. Untuk
mengetahui pengertian pendidikan moral
3. Untuk
mengetahui pengertian pendidikan karakter
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
pendidikan budi pekerti
Budi Pekerti
terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan akal dan
perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai
kebijaksanaan berkelakuan baik. Pekerti adalah perilaku, perangai, tabiat,
watak, akhlak dan perbuatan.[1]
Dalam kamus
besar Bahasa Indonesi (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagi tingkah
laku, perangai, akhlak, watak. Budi pekerti dalam Bahasa Arab disebut akhlak
dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam Bahasa Inggris
disebut ethics.
Senada
dengan itu, Balltbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara
konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan
atau dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi,
sekolah, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Budi
pekerti ialah perilaku kehidupan sehari-hari dalam bergaul, berkomunikasi,
maupun berinteraksi antar sesama manusia maupun dengan penciptanya. Budi
pekerti yang kita miliki terdiri dari kebiasaan atau perangai, tabiat dan
tingkah laku yang lahir disengaja tidak dibuat-buat dan telah menjadi
kebiasaan.
Budi
pekerti adalah kehendak jiwa seseorang yang telah menjadi kebiasaan tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu yakni perbuatan yang dilakukan
dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan jiwa, budi Pekerti juga bisa
dikatakan sebagai kualitas tingkah laku, ucapan, dan sikap seseorang yang
mempunyai nilai utama dalam pandangan seseorang bagaimana ia bertutur kata dan
sikap yang baik terhadap seseorang.
Pengertian
lain dari budi pekerti yaitu kehendak yang biasa dilakukan atas segala sifat
yang tertanam di dalam hati yang menimbulkan kegiatan dengan ringan dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.
Dengan
demikian budi pekerti berpangkal dengan hati jiwa atau kehendak kemudian
diwujudkan dalam bentuk perbuatan sebagai kegiatan.[2]
Secara umum
budi pekerti bearti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan ini.
Ini adalah tuntutan moral yang paling penting dalam menjalani kehidupan
manusia.
Budi
pekerti adalah induk dari segala etika, dan tata kerama, tat susila, prilaku
baik dalam pergaulan, pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidkan
budi pekerti ditaanam oleh orang tua dan keluarga di rumah, kemudian di
sekolah, dan tentu saja dimasyarakat secara langsung.
Dengan
banyaknya pengertian budi pekerti yang telah disebut maka kita dalam menjalani
kehidupan ini dengan mudah dan arif dalam menerima tuntutan budi pekerti.
Budi
pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik, dan benar.kalu kita berbudi
pekerti maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat sehingga kita
perlu berkiprah menuju kesuksesan hidup, kerukuna antar sesama dan berada dalam
koridor perilaku yang baik.
Sebaliknya
kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti maka kita akan mengalami hal
yang tidak nyaman,dari sifatnya ringan, seperti tidak disenangi atau dihormati
orang lain, sampai kepada hal yang berat sehingga melanggar hukum dan
terpidana.
Budi
pekerti secara operasional meupakn suatu perilaku positif yang dilakukan
melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari
masa kecil sampai dewasa melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu
yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya
cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa, dan menghormati orang lain, cara
berikap menghadap tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan
sebagainya.
Pendidikan
budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisiskan
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar
manusia. Tata kramaterdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, norma,
aturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan, tindakan perbuatan. Dengan
demikian tata krama berarti adat sopan santun, menjadi bagian dari kehidupan
manusia.
Sedangkan
menurut Haldar (2004) pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar yang dilakukan
dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai moral kedalam
sikap dan prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur
(berakhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari, baik berinteraksi kepada
Tuhan, dengan sesama manusia, binatang, maupaun dengan alam dan lingkungan.
Dalam pendidikan budi pekerti yang bisa dilakukan adalah mengubah, mengarahkan
perilaku peserta didik dan perilaku-perilaku ini secara spesifik dapat dilihat inikator-indikatornya.
Oleh karena itu, dalam membangun karakter bangsa yang perlu dididik kepada
peserta didik, adalah mendidik budi pekerti dengan cara menanamkan,
mengarahkan, mengubah untuk menjadi kan perilaku-perilaku peserta didik yang
lebih positif atau lebih baik.
Dalam
pedoman pendidikan budi pekerti ini yang diajarkan secara nyata kepada peserta
didik berkaitan dengan enem pilar. Keenam pilar tersebut adalah pilar dapat
dipercaya, tanggung jawab, sikap hormat, peduli, sportif, dan warga negara yang
baik. Dari pilar-pilar dasar tersebut diturunkan menjadi sejumlah dimensi
perilaku dan dari dimensi-dimensi perilaku yang ada dipilah lagi menjadi
sejumlah indikator-indikator perilaku yang dapt diukur.
Jadi,
pengertian Budi Pekerti adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya
sekarang dan masa yang akan datang atau upaya pendidikan untuk membentuk
peserta didik menjadi pribadiseutuhnya yang bebudi pekerti luhur melalui kegiatan
bimbingan, pembiasaan, pengajaran, dan latihan serta keteladanan.[3]
Dalam
menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi
benturan-benturan nilai dan norma-norma yang kita rasakan. Apa yang dahulu kita
anggap benar mungkin sekarang sudah menjdi salah. Apa yang dulu kita anggap
tabu dibicarakan sekarang sudah menjadi suatu yang lumrah. Misalnya berbicara
masalah seks, hubungan pacaran, masalah politik, masalah hak azazi manusia, dan
sebagainya.
B. Pengertian
Pendidikan Moral
Pendidikan
moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Dalam hal
ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai
yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain,
meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran.
Moral
merupakan nilai tentang baik buruknya kelakuan manusia. Oleh karena itu moral
berkaitan dengan nilai terutama nilai afektif. Ajaran dalam pendidikan moral
adalah ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan berbuat agar menjadi
manusia yang baik. Moral merupakan sistem nilai atau konsensus sosial tentang
motivasi, perilaku dan perbuatan tertentu dinilai baik atau buruk. Falsafah
moral: falsafah atau penalaran moral yang menjelaskan mengapa perbuatan
tertentu dinilai baik, sedangkan perbuatan lain buruk. Falsafah moral
menghasilkan teori-teori etika. Teori-teori etika: kerangka untuk berpikir
tentang apakah suatu pebuatan dapat diterima dinilai dari pendekatan moral. Dua
teori etika klasik yang paling terkenal yaitu teori utilitiarisme dan
deontologi.
v Teori
Utilitiarisme
Teori
Utilitiarisme yaitu menilai baik buruknya suatu tindakan dari hasil atau dampak
tindakan itu. Jika hasilnya baik (the greatest good for the greates number)
secara moral tindakan ini adalh baik.
v Teori
Deontologi
Teori
deontologi ini mengatakan; lakukan kewajiban (Deon= kewajiban), jangan lihat
hasil atau dampaknya. Merupakan asas-asas etika: penerapan teori-teori etika
dalam praktek. Dua asas etika klasik adalah beneficence (kewajiban untuk
berbuat baik) dan norma leficence (kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang
merugikan orang lain). Dua asas etika kontemporer adalah menghormati manusia
(respect for reason) dan keadilan (justice)
Memotret
wajah pendidikan islam dalam dimensi moral menjadi hal yang sangat signifikan.
Ini karena moral merupakan landasan fundamental bagi seseorang untuk bersikap,
bertindak, dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
agama. Nilai-nilai disini dapat berupa kejujuran dan tanggung jawab yang
merupakan nilai mutlak dan secara niscaya dimiliki setiap orang.
Tak heran
kalau Muhammad SAW dan Ibrahim S.a, memandang bahwa hakikat pendidikan islam
adalah sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam sehingga ia dengan mudah dapat
membentuk hidupnya dalam kerangka keislaman. Maka dari itu sistem penilaian
tidak hanya mengutamakan sisi kognitif saja, tetapi ranah psikomotor maupun
afektif sangat menentukan dalam setiap proses pembelajaran.
C. Pengertian
Pendidikan Karakter
Akar dari
semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada
hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang
memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam
kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan,
yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan yang tidak bermoral.
Karakter
dimaknai dengan cara berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama baik dalm lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat
dianggap sebagai nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasrkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika.
Karakter adalah prilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
bersikap maupun dalam berindak.
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia(2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan
demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri
dan terejawantahkan dalm perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).
Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dalam Disain Induk Pembangunan
Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat
baik, dan nyata berkehidupan baik.
Scerenco
(1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk
atau membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari
seseorang, suatu kelompok atau bangsa, sementara itu The Free
Dictionary dalam dalam situs onlinenya mendefinisikan karakter sebagai
suatu kombinasi kualitas atau ciri- ciri yang membedakan seseorang atau
kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter juga didefinisikan sebagai
suatu deskripasi dari atribut, ciri-ciri, atau kemampuan seseorang.
Sebagai
identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nila dasar prilaku
yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal bebagai
karakter dirumuskan sabagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar:
kedamaian, menghargai, kerja sama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan
hati, kasih sayang, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan.
Karakter
dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari
perilakuayah ibunya. Dalam Bahasa Jawa dikenal istilah “kacang ora ninggal
lanjaran” (pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu
tempatnya melilit dan menjalar).kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter.
Mengacu
pada berbagai pengertian dan definisi karakter di atas maka karakter dapat
dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik
karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan
orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam
pengertian yang sedehana pendidikan karakter adalah hal positip apa saja yang
dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarkannya.
Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru
untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya (Winton, 2010). Pendidikan
karakter telah menjadi sbuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan
sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Merupakan
suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk
membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai
kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, keuletan, dan
ketabahan,tanggung jawb, menghargai diri sendiri dan orang lain.
Pendidikan
karakter menurut Burke (2001) semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran
yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.
Pendidikan
karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan
karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan
dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam
hubungannya dengan Tuhannya. Definisi ini dikembangkan dari definisi yang
dimuat dalamfundestanding (2006). Departemen Pendidikan Amerika Serikat
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai berikut: “pendidikan karakter
mengajarkan kebiasaan berpikir dan kebiasaan berbuat yang dapat membantu
orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, sahabat tetangga,
masyarakat, dan bangsa.” Menjelaskan pengertian tersebut dalam brosur
pendidikan karakter dinyatakan bahwa : “pendidikan karakter adalah suatu proses
pembelajaran yang memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas
sekolah untuk memahami, peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai
etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan
kewarganegaraan, dan bertanggung jawab kepada diri sendiri maupun kepada orang
lain.
Lickona
(1991) mendefenisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh
untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti
nilai-nilai etis. Secara sederhana lickona (2004) mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter
para siswa.
Menurut
Scerenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang
sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan,
didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi
para bijak dan pemikir besar), serta praaktik emulasi (usaha yang maksimal
untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).
Sementara
itu Arthur dalam makalahnya bejudulTraditional Approaches to Character
Education in Britain and America (Nucci and Narvaez, 2008), mengutip Anne
Lockwood (1997)mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis
sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa seperti
ternyata dalam perkataannya: pendidikan karakter didefinisikan sebagai setiap
rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga masyarakat yang lain, untuk
membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan
mempengaaruhi secra eksplisit nilai-nilai kepercayaan non-relativistik
(diterima luas) yang dilakukan secara langsung menerapkan nilai-nilai tersebut.
Beberapa
pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses
pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan
karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberi keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehar-hari dengan sepenuh hati
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budi
Pekerti terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan
akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai
kebijaksanaan berkelakuan baik. Pekerti adalah perilaku, perangai, tabiat,
watak, akhlak dan perbuatan. Budi pekerti ialah perilaku kehidupan sehari-hari
dalam bergaul, berkomunikasi, maupun berinteraksi anatar sesama manusia maupun
dengan penciptanya. Budi pekerti yang kita miliki terdiri dari kebiasaan atau
perangai,tabiat dan tingkah laku yang lahir disengaja tidak dibuat-buat dan
telah menjadi kebiasaan.
Pendidikan
moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Dalam hal
ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai
yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain,
meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran
pendidikan
karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa
dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberi keputusan baik buruk,
memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehar-hari dengan sepenuh hati
DAFTAR
PUSTAKA
Hasan
oetomo, 2012, Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti, Prestasi
Pustakaraya, Jakarta.
A.Thabrani
Rusyan,dkk, Pendidikan Budi Pekerti, PT. Intemedia Cipta Nusantar,
Jakarta.
Nurul
Zuriah, 2007, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif, Bumi
Aksara, Jakarta.
Muchlas
Samani dan Hariyanto, 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Remaja
Rosdakarya, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar