Turbo

Rabu, 18 November 2015

PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI JENIS TES oleh ( • Abdullah • Endang Lestari • Helda Rosita • Salmiati • Yustina Merdeka Wati MAHASISWI PGMI A/V )


MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI JENIS TES
DOSEN PENGAMPU :
Drs. Abdullah, M.Pd.I


DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
·       Abdullah
·       Endang Lestari
·       Helda Rosita
·       Salmiati
·       Yustina Merdeka Wati
MAHASISWI PGMI SEMESTER V / A
STAI AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI JENIS TES Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.


Tembilahan, November 2015


           
Penyusun



i

DAFTAR ISI
Kata Penghantar …………………………………………………………………    i
Daftar isi ………………………………………………………………………….   ii
Bab I
Pendahuluan ……………………………………………………………………..    1
A.    Latar belakang …………………………………………………………..     1
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………………      2
C.     Tujuan …………………………………………………………………..      2
Bab II
Pembahasan …………………………………………………………………….      3
A.    Pengembangan bentuk tes uraian ……………………………………….      3
B.     Metode Pengoreksian Soal Bentuk Uraian ……………………………..      5
C.     Analisis Soal Bentuk Uraian ……………………………………………….       6
D.     Kelebihan dan Kelemahan Bentuk tes uraian ……………………………..      6
E.      Pengembangan tes objektif, lisan dan tindakan ………………………..       7
F.      Kelebihan dan kekurangan tes objektif ……………………………………      9
G.     Pengembangan Tes Lisan ……………………………………………….      9
H.     Kelebihan dan Kekurangan tes lisan ……………………………………….      10
I.        Pengembangan Tes Tindakan (performance test) …………………………….     10
J.       Kelebihan dan kekurangan tes tindakan ……………………………………     11
Bab III
Penutup ………………………………………………………………………………      12
A.     Kesimpulan ………………………………………………………………….      12
Daftar pustaka ………………………………………………………………………..     13
ii


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyak alat yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya adalah tes. Istilah tes tidak hanya populer di lingkungan persekolahan tetapi juga di luar sekolah bahkan di masyarakat umum. Anda mungkin sering mendengar istilah tes kesehatan, tes olah raga, tes makanan, tes kendaraan, dan lain-lain. Di sekolah juga sering kita dengar istilah pretes, postes, tes formatif, tes sumatif, dan sebagainya. Dalam kegiatan pembelajaran, tes banyak digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik dalam bidang kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penggunaan tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri. Artinya, tes mempunyai makna tersendiri dalam pendidikan dan pembelajaran.
Istilah ”tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu ”testum”, berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, istilah tes diadopsi dalam psikologi dan pendidikan. Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dibagi menjadi empat jenis, yaitu tes intelegensia umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian. Dilihat dari cara penyusunannya, tes juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru dan tes standar. Dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes tindakan. Tes juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tes kemampuan (power test) dan tes kecepatan (speeds test).
Kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari modul ini adalah mengetahui dan memahami berbagai konsep, prinsip dan jenis tes serta terampil mengembangkan tes untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik dalam domain kognitif. Untuk menguasai kompetensi tersebut di atas, maka dalam modul ini akan dibagi menjadi dua kegiatan belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1 membahas tentang pengembangan tes bentuk uraian dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang pengembangan tes bentuk objektif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengembangan bentuk tes uraian ?
2.      Apa saja yang ada dalam pengambangan bentuk tes uraian ?
3.       Apa yang dimaksud dengan pengembangan bentuk tes objektif ,lisan dan tindakan ?
4.      Apa saja yang ada dalam pengembangan bentuk tes objektif ,lisan dan tindakan ?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengembangan bentuk tes uraian
2.      Untuk mengetahui apa saja yang terdapat dalam pengembangan bentuk tes uraian
3.      Untuk mengetahui pengembangan bentuk tes objektif ,lisan dan tindakan
4.       Untuk mengetahui apa saja yang terdapat dalam pengembangan bentuk tes objektif ,lisan dan tindakan


















BAB II
PEMBAHASAN
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI JENIS TES

A.     PENGEMBANGAN BENTUK TES URAIAN
Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective). Menurut sejarah, yang ada lebih dahulu adalah bentuk uraian. Mengingat bentuk uraian ini banyak kelemahannya, maka orang berusaha untuk menyusun tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif. Namun demikian, tidak berarti bentuk uraian ditinggalkan sama sekali. Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya.
Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif, karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektifitas guru. Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas (extended respons items).
1.      Uraian Terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh :
a.       Jelaskan bagaimana masuknya Islam di Indonesia dilihat dari segi ekonomi dan politik.
b.      Sebutkan lima rukum Islam !
2.      Uraian Bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun demikian, guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.
Contoh :
a.       Jelaskan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia !
b.       Bagaimana peranan pendidikan Islam dalam memecahkan masalah-masalah pokok pendidikan di Indonesia ?
Sehubungan dengan kedua bentuk uraian di atas, Depdikbud sering menyebutnya dengan istilah lain, yaitu Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO).
1.      Bentuk Uraian Objektif (BUO).
Bentuk uraian seperti ini memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti, sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Sekalipun pemeriksa berbeda tetapi dapat menghasilkan skor yang relatif sama. Soal bentuk ini memiliki kunci jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban salah 0.
Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif, skor hanya dimungkinkan menggunakan dua kategori, yaitu benar atau salah. Untuk setiap kata kunci yang benar diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci yang dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0 (nol).
Adapun langkah-langkah pemberian skor soal bentuk uraian objektif adalah :
a.       Tuliskan semua kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk setiap soal.
b.      Setiap kata kunci yang dijawab benar diberi skor 1. Tidak ada skor setengah untuk jawaban yang kurang sempurna. Jawaban yang diberi skor 1 adalah jawaban sempurna, jawaban lainnya adalah 0.
c.       Jika satu pertanyaan memiliki beberapa sub pertanyaan, rincilah kata kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci sub jawaban dan buatkan skornya.
d.      Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal
tersebut. Jumlah skor ini disebut skor maksimum.

2.      Bentuk Uraian Non-Objektif (BUNO).
Bentuk soal seperti ini memiliki rumusan jawaban yang sama dengan rumusan jawaban uraian bebas, yaitu menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan) gagasan-gagasan pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya sangat memungkinkan adanya unsur subjektifitas.
Dalam penyekoran soal bentuk uraian non-objektif, skor dijabarkan dalam rentang. Besarnya rentang skor ditetapkan oleh kompleksitas jawaban, seperti 0 – 2, 0 -4, 0 – 6, 0 – 8, 0 – 10 dan lain-lain. Skor minimal harus 0, karena peserta didik yang tidak menjawab pun akan memperoleh skor minimal tersebut. Sedangkan skor maksimum ditentukan oleh penyusun soal dan keadaan jawaban yang dituntut dalam soal tersebut. Adapun langkah-langkah pemberian skor untuk soal bentuk uraian non-objektif adalah :
a.       Tulislah garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pegangan dalam pemberian skor.
b.      Tetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
c.       Pemberian skor pada setiap jawaban bergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta didik.
d.      Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban sebagai skor peserta didik. Jumlah skor tertinggi dari setiap kriteria jawaban disebut skor maksimum dari suatu soal.
e.       Periksalah soal untuk setiap nomor dari semua peserta didik sebelum pindah ke nomor soal yang lain. Tujuannya untuk menghindari pemberian skor berbeda terhadap jawaban yang sama.
f.       Jika setiap butir soal telah selesai diskor, hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik untuk setiap soal. Kemudian hitunglah nilai tiap soal dengan rumus :
Skor perolehan peserta didik
Nilai Tiap Soal = ————————————————  x bobot soal
        skor maksimum tiap butir soal

g.       Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir dari suatu perangkat tes yang diberikan.


B.     Metode Pengoreksian Soal Bentuk Uraian
Untuk mengoreksi soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu “metode per nomor (whole method), metode per lembar (separated method), dan metode bersilang (cross method)” (Zainal Arifin, 1991, 30).
1.      Metode per nomor. Di sini Anda mengoreksi hasil jawaban peserta didik untuk setiap nomor. Misalnya, Anda mengoreksi nomor satu untuk seluruh peserta didik, kemudian nomor dua untuk seluruh peserta didik, dan seterusnya. Kebaikannya adalah pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban yang kualitasnya sama hampir tidak akan terjadi, karena jawaban peserta didik yang satu selalu dibandingkan dengan jawaban peserta didik yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah pelaksanaannya terlalu berat dan memakan waktu banyak.
2.      Metode per lembar. Di sini Anda mengoreksi setiap lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor satu sampai dengan nomor terakhir. Kebaikannya adalah relatif lebih murah dan tidak memakan waktu banyak. Sedangkan kelemahannya adalah guru sering memberi skor yang berbeda atas dua jawaban yang sama kualitasnya, atau sebaliknya.
3.      Metode bersilang. Disini Anda mengoreksi jawaban peserta didik dengan jalan menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Jika telah selesai dikoreksi oleh seorang korektor, lalu dikoreksi kembali oleh korektor yang lain. Kelebihannya adalah faktor subjektif dapat dikurangi. Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak.

C.     Analisis Soal Bentuk Uraian
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menganalisis soal bentuk uraian.
1.      secara rasional yang dilakukan sebelum tes itu digunakan/diujicobakan seperti menggunakan kartu telaah.
2.      secara empiris yaitu menganalisis hasil ujian atau hasil uji-coba secara kuantitatif

D.     Kelebihan dan Kelemahan Bentuk tes uraian
1.      Kelebihan nya yaitu :
a.       menyusunnya relatif mudah
b.      guru dapat menilai peserta didik mengenai kreatifitas, menganalisa dan mengsintesa suatu soal. Hal ini berarti memberikan kebebasan yang luas kepada peserta didik untuk menyatakan tanggapannya
c.       guru dapat memperoleh data-data mengenai kepribadian peserta didik
d.      peserta didik tidak dapat menerka-nerka
e.      derajat ketepatan dan kebenaran peserta didik dapat dilihat dari ungkapan kalimat-kalimatnya
f.        sangat cocok untuk mengukur dan menilai hasil belajar yang kompleks, yang sukar diukur dengan mempergunakan bentuk objektif

2.      Kelemahan nya yaitu :
a.       sukar sekali menilai jawaban peserta didik secara tepat dan komprehensif
b.      ada kecenderungan guru untuk memberikan nilai seperti biasanya
c.       menghendaki respon-respon yang relatif panjang
d.      untuk mengoreksi jawaban diperlukan waktu yang lama
e.      guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan tulisan, bahkan juga oleh lembar jawaban
f.         hanya terbatas pada guru-guru yang menguasai materi yang dapat mengoreksi jawaban peserta didik, sehingga kurang praktis bila jumlah peserta didik cukup banyak.

E.     PENGEMBANGAN TES OBJEKTIF, LISAN DAN TINDAKAN
1.      Pengembangan Tes Objektif
a.       Benar-Salah
Bentuk tes benar-salah (B – S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat.

b.      Pilihan-Ganda
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum sempurna yang sering disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu mungkin berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan sering disebut option. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor atau decoy atau fails) namun memungkinkan seseorang memilihnya apabila tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal.

Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan-ganda, yaitu :
1)      Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu jawaban yang benar itu.
2)      Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dengan alasan (sebab-akibat).
3)      Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang benar tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang salah tersebut.
4)      Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang paling benar.
5)      Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah mencari satu kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya.

c.       Menjodohkan (matching)
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri atas stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang dianggap paling tepat. Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak dari jumlah persoalan.
Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan menghubungkan antara dua hal. Semakin banyak hubungan antara premis dengan respon dibuat, maka semakin baik soal yang disajikan
d.      Jawaban Singkat dan melengkapi
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersebut berupa suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain.

F.      Kelebihan dan kekurangan tes objektif
1.      Kelebihan :
a.       seluruh ruang lingkup (scope) yang diajarkan dapat dinyatakan pada item-item tes objektif
b.       kemungkinan jawaban spekulatif dalam ujian dapat dihindarkan
c.       jawaban bersifat mutlak, karena itu penilaian dapat dilakukan secara objektif
d.      pengoreksian dapat dilakukan oleh siapa saja, sekalipun tidak mengetahui dan menguasai materinya
e.       pemberian skor dapat dilakukan dengan mudah dan cepat
f.       korektor tidak akan terpengaruh oleh baik-buruknya tulisan
g.        tidak mungkin terjadi dua orang peserta didik yang jawabannya sama, tetapi mendapat skor yang berbeda.
2.      Kelemahan :
a.       mengkontruksi soalnya sangat sulit
b.      membutuhkan waktu yang lama
c.       ada kemungkinan peserta didik mencontoh jawaban orang lain dan berpikir pasif
d.      umumnya hanya mampu mengukur proses-proses mental yang dangka

G.     Pengembangan Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk seperti berikut :
·         Seorang guru menilai seorang peserta didik.
·         Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
·          Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
·         Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.
H.     Kelebihan dan Kekurangan tes lisan
1.      Kelebihan :
Ø  dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan
Ø  tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya saja
Ø  kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban dan berspekulasi dapat dihindari.
2.      Kelemahan :
Ø   memakan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah peserta-didiknya banyak
Ø   sering muncul unsur subjektifitas bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang guru dan seorang peserta didik.

I.        Pengembangan Tes Tindakan (performance test)
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Lebih jauh Stigins (1994 : 375) mengemukakan “tes tindakan adalah suatu bentuk tes dimana peserta didik diminta untuk melakukan kegiatan khusus di bawah pengawasan penguji yang  akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemontrasikan”. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan. Misalnya, coba praktikkan bagaimana cara melaksanakan sholat dengan baik dan benar.
Tes-tes semacam inilah yang dimaksudkan dengan tes perbuatan atau tindakan. Tes tindakan sebagai suatu teknik evaluasi tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran pendidikan agama saja, tetapi dapat juga digunakan dalam menilai hasil-hasil pelajaran tertentu, seperti olahraga, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa, kesenian, dan sebagainya. Sebaliknya, tidak semua hasil pelajaran pendidikan agama Islam atau mata pelajaran agama lainnya dapat dievaluasi dengan menggunakan tes perbuatan ini. Tes tindakan dapat dilakukan secara kelompok dan individual. Secara kelompok berarti seorang guru menghadapi sekelompok peserta didik, sedangkan secara individual berarti seorang guru menghadapi seorang peserta didik.
 Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjaan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan, dan mengidentifikasi suatu piranti (komputer misalnya).

J.       Kelebihan dan kekurangan tes tindakan
1.      Kelebihan :
Ø  satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan melaksanakan sholat yang baik dan benar, keterampilan membaca al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid dan makhrojul huruf, keterampilan menulis huruf Arab, dan sebagainya
Ø  sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuanteori dengan keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap
Ø  dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk menyontek
Ø   guru dapat mengenal lebih dalam tentang karakteristik masing-masing peserta didik sebagai dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti penbelajaran remedial.
2.      Kekurangan :
Ø  memakan waktu yang lama
Ø  dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
Ø   cepat membosankan
Ø   jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunyai arti apa-apa lagi
Ø   memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga maupun biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hasil penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.








BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Tes dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dibagi menjadi empat jenis, yaitu tes intelegensia umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian. Jika dilihat dari cara penyusunannya, tes juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru dan tes standar.
 Berdasarkan bentuk jawaban peserta didik, tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes tindakan. Tes tertulis dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk uraian dan bentuk objektif. Bentuk uraian dibagi lagi menjadi dua, yaitu bentuk uraian bebas dan bentuk uraian terbatas. Sedangkan bentuk objektif dibagi menjadi empat bentuk, yaitu benar-salah, pilihan-ganda, menjodohkan, dan melengkapi/ jawaban singkat.
Untuk mengoreksi soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode per nomor (whole method), metode per lembar (separated method), dan metode bersilang (cross method). Di samping itu, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal bentuk uraian, yaitu analytical method dan sorting method. Ada juga metode lain, yaitu point method dan rating method. Untuk mengetahui kualitas soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan menghitung daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.



DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, (2011), Evaluasi Pembelajaran : Prinsip-Teknik-Prosedur, Cetakan Ke-3, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal, (2011), Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Depdiknas (2003), Materi Pelatihan Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Penyusunan dan Penggunaan Alat Evaluasi Serta Pengembangan Sistem Penghargaan Terhadap Siswa, Jakarta : Direktorat PLP – Ditjen Dikdasmen – Depdiknas.
Good, C.V., A.S.Bar, and D.E.Scates (1936), The Metodology of Educational Research, New York : Appleton Century-Crofts, Inc.
Hadi, S., (1981) Metodologi Research, Jilid 1, 2, dan 3, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Munandar, Utami, (1999) Kreativitas dan Keberbakatan, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Yelon & Weinstein (1977) A Teacher’s World : Psychology in The Classroom, Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha Ltd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar