Turbo

Jumat, 25 Desember 2015

PEMBELAJARAN MENGARTIKAN QUR’AN HADITS DI MI OLEH ANDRE SYAHPUTA DKK ( PGMI/A/V )

BAB I
PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an dan hadits bagi umat islam merupakan sumber ajaran islam yang paling utama. Penyikapan terhadap kedua sumber utama tersebut tentu saja tidak terhenti pada tingkat mampu untuk membaca, menulis atau menghafal saja. Pada kondisi selanjutnya seorang muslim sebaiknya mampu untuk mengartikan Al-Qur’an dan hadits menjadi gerbang awal untuk memahami kandungan Al-Qur’an dan hadits. Terampil dalam mengartikan sejak awal merupakan langkah penting bagi perserta didik untuk memberikan hasil yang lebih baik. Untuk menjembatani hal tersebut diperlukan sebuah pembelajaran mengartikan Al-Quran hadits.

    B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Mengartikan Qur’an Hadits?
2.      Apa metode dalam mengartikan Qur’an hadits?
3.      Apa pendekatan Mengartikan Qur’an Hadits?
4.      Apa model Mengartikan Qur’an Hadits?
5.      Apa strategi Mengartikan Qur’an Hadits?
6.      Apa media Mengartikan Qur’an Hadits?





BAB II
PEMBELAJARAN MENGARTIKAN QUR’AN HADITS DI MI
    A.    PENGERTIAN MENGARTIKAN QUR’AN HADITS

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1999) disebutkan bahwa menerjemahkan berarti menyalin atau memindahkan dari suatu bahasa ke bahasa lain.  Kata terjemah sendiri berasal dari bahasa arab, yskni tarjamah yang mengandung arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dobois dalam buku zaka al farisi mendefinisikan penerjemahan adalah pengungkapan kembali dalam suatu bahasa (bahasa target) apa yang telah diungkapkan bahasa lain (bahasa sumber).[1]
 Mengartikan atau menterjemahkan  secara etarmologis berarti memindahkan lafal dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dalam hal ini memindahkan lafal ayat-ayat Al-Qur’an yang berbahasa arab ke dalam bahasa Indonesia. [2]
    B.     METODE MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
1.      Metode penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai terjemahan antar baris dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat terkait pada tataran kata. Penerjemah hanya mencari padanan kata-kata dalam bahasa target yang pas dengan yang terdapat dalam sumber. Susunan kata-kata pada teks sumber dipertahankan sedemikian rupa; kata-kata diterjemahkan satu per satu ke dalam makna yang paling umum tanpa memindahkan konteks pemakaiannya. Sampai-sampai kata-kata yang memiliki nuansa budaya pun diterjemahkan secara harfiah.
2.      Metode penerjemahan harfiah
Penerjemahan harfiah dilakukan dengan mengalihkan kontruksi gramatika bahasa sumber kedalam konstruksi gramatika bahasa target yang memiliki padanan paling dekat. Namun demikian unsure leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu per satu tanpa mengindahkan konteks yang melatarinya. Jadi seperti halnya pada metode penerjemahan kata demi kata, pada metode ini pun pemadanan dilakukan masih terlepas dari konteks.
3.      Metode penerjemahan setia
Dengan metode ini penerjemah berupaya sesetia mungkin mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target. Dalam penerjemahan setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan gramatika dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa. Dengan kata lain, metode ini berupaya untuk setia (faithful) sepenuhnya kepada maksud dan realisasi teks bahasa sumber penulisnya.
4.      Metode penerjemahan semantik
metode penerjemahan semantic berfokus pada pencarian padanan pada tataran kata, tetapi tetap terikat budaya bahasa sumber. Penerjemahan simatis sangat memperhatikan nilai estetika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras dengan asonansi, serta permainan dan pengulangan kata yang mengetarkan.
5.      Metode penerjemahan adaptasi
Metode penerjemahan adaptasi merupakan penerjemahan teks yang paling bebas. Metode ini terutama digunakan dalam menterjemahkan naskah drama dan puisi dengan tetap mempertahankan tema, karakter dan alur cerita.
6.      Metode penerjemahan bebas
Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa mengunakan cara tertentu dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk akibatnya, metode ini menghasilkan teks target yang tidak lagi mengandung gaya atau bentuk teks sumber.
7.      Metode penerjemahan komunikatif
Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengunggkapkan makna kontekstual bahasa sumber secar tepat. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna dan fungsi yang selaras dalam bahasa target. Sebab, bisa jadi suatu kalimat terjemahan sudah benar tetapi maknanya tidak logis, bentuk dan makna bisa jadi sudah sesuai, tetapi secar pragmatic pengunaannya tidak pas dan tidak alamiah.[3]
    C .    PENDEKATAN MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
Pendekatan berada pada tingkat yang tertinggi, yang kemudian diturunkan dalam bentuk metode. Pendekatan dalam KBBI didefinisikan sebagai sebuah proses, perbuatan, atau cara mendekati. Menurut Naqah (Dalam Acep Hermawan, 2012) mengartikan Pendekatan pembelajaran (Madkhal Al Tadrisi/Teaching Approach) adalah sekumpulan asumsi tentang proses belajara mengajar yang dalam bentuk pemikiran aksiomatis yang tidak perlu diperdebatkan. Dengan kata lain pendekatan merupakan pendirian filosofis yang selanjutnya menjadi acuan dalam kegiatan pembelajaran.
Pendekatan dalam mengartikan Qur’an Hadits dalam proses pembelajaran diantaranya adalah :
1.      Pendekatan Rasional
Pendekatan Rasional adalah pendekatan yang menekankan bagaimana proses dan kegiatan pembelajaran peserta didik diaktifkan dan diajak untuk menggunakan logika dan nalarnya.[4] dalam proses kegiatan pembelajaran mengartikan atau menerjemahkan maka akan menuntut  logika dan pikiran siswa dalam pembelajaran.
2.      Pendekatan Formal
Pendekatan ini menganggap pembelajaran sebagai suatu kegiatan pembelajaran rutin yang konvensional, dengan mengikuti cara-cara yang telah biasa dilakukan pengalaman. Pembelajarannya pun hanya berdasarkan atas pengalaman pengajar dan apa yang dianggap baik oleh umum.
3.      Pendekatan Fungsional
 Pendekatan ini menyarankan dalam proses pembelajaran menekankan kontak langsung dengan siswa atau menggunakannya secara langsung. Peserta didik akan sendirian merasakan fungsi pembelajaran mengartikan tersebut. [5 ]
     D.    STRATEGI MENGARIKAN QUR’AN HADITS
Strategi penerjemahan diterapkan ketika proses penerjemahan berlangsung, baik pada tahap analisis teks sumber maupun pada tahap pengalihan pesan ke dalam bahasa target. Strategi penerjemahan diperlukan agar penerjemah tidak mengalami kegamangan dalam menangani persoalan yang muncul selama proses penerjemahan. Menurut Lorscher ( dalam Zaka Al Farisi, 2005) strategi penerjemahan adalah langkah-langkah yang diacu penerjemah dalam mengatasi kendala-kendala penerjemahan.[6]
Terdapat dua strategi penerjemahan yaitu:
1.      Strategi global, yaitu yang berhubungan dengan keselurahan kegiatan penerjemahan termasuk dalam strategi ini ialah mempertimbangkan segmentasi pembaca teks terjemahan
2.      Strategi lokal, yaitu strategi yang bertalian dengan persoalan-persoalan khusus seperti pencarian kosa kata, penentuan diksi dll.[7]

     E.     MEDIA MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. “Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh – pengaruh psikologi terhadap siswa.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran Mengartikan Al-Qur’an hadits, antara lain :
1.      Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi menyalurkan pesa dari sumber kepenerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual.
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaianpesa dapa berhasil da efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarikperhatian,memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relative mura ditinjau dari segi biayanya. Banyak jenis media grafis diantaranya:
a. Gambar/Foto
Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa ynag paling umum, yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
b. Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat belajar menggambar, setiap guru yang baik dapatlah menuangkan ide-idenya kedalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganyapun tidak perlu dipersoalkan sebab madia ini dibuat langsung oleh guru. Sketsa dapat dibuat secara cepat sementara guru menerangkan, dapat pula dipakai untuk tujuan tersebut.
2. Teks
Media ini membantu pembelajar fokus pada materi yang disiswai karena pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi, serta sangat cocok bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi. Akan tetapi media teks di dalam multimedia memerlukan tempat penyimpanan yang besar di dalam komputer, serta memerlukan software dan hardware yang spesifik agar suara dapat disampaikan melalui komputer.
3. Audio
Media audio memudahkan dalam mengidentifikasi obyek-obyek, mengklasifikasikan obyek, mampu menunjukkan hubungan spatial dari suatu obyek, membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret
4. Video
Video mungkin saja kehilangan detail dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu mengingat detail dari scene ke scene. Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan riil dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan. Video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor. Pemilihan media pembelajaran qur’an hadits dengan menggunakan multi media dapat digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas atau pembelajaran sendiri. Bisa juga digunakan untuk pembelajaran di rumah dan di sekolah. Sesi pembelajaran bisa disesuaikan dengan tahap penerimaan dan pemahaman siswa.[8]

































BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran mengartikan Quran hadits Memiliki beberapa metode, pendekatan, strategi, media yang beragam. Dibutuhkan kreatifitas guru dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan sebuah pembelajaran. Terampil dalam mengartikan sejak awal merupakan langkah penting bagi perserta didik untuk memberikan hasil yang lebih baik. Untuk menjembatani hal tersebut diperlukan sebuah pembelajaran mengartikan Al-Quran hadits.











DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan, 2010. ‘Ulumul Qur’an Ilmu untuk memahami Wahyu,  Bandung: P.T Remaja Rosdakarya
Arsyad Azhar. 2002. Media Pembelajaran.Bandung: RajaGrafindo Persada.
Iskandarwassid. 2011. Strategi pembelajaran Bahasa, Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.
Zaki Al Farisi,. 2011. Pedoman penerjemahan  Arab-Indonesia, Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.



[1] Zaki Al Farisi, Pedoman penerjemahan  Arab-Indonesia, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 20-21.
[2]  Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an Ilmu untuk memahami Wahyu,  (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, hal. 114.
[3] Ibid, hlm. 53-57.
[4] Iskandarwassid, Strategi pembelajaran Bahasa, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 41.
[5] Iskandarwassid, Strategi pembelajaran Bahasa, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 42-43.
[6] Zaki Al Farisi, Op.Cit.,  hlm. 47.
[7] Ibid, hlm. 48.
[8] Arsyad Azhar, Media Pembelajaran , (Bandung: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 15-17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar