Turbo

Jumat, 25 Desember 2015

PEMBELAJARAN MENGARTIKAN QUR’AN HADITS DI MI OLEH ANDRE SYAHPUTA DKK ( PGMI/A/V )

BAB I
PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an dan hadits bagi umat islam merupakan sumber ajaran islam yang paling utama. Penyikapan terhadap kedua sumber utama tersebut tentu saja tidak terhenti pada tingkat mampu untuk membaca, menulis atau menghafal saja. Pada kondisi selanjutnya seorang muslim sebaiknya mampu untuk mengartikan Al-Qur’an dan hadits menjadi gerbang awal untuk memahami kandungan Al-Qur’an dan hadits. Terampil dalam mengartikan sejak awal merupakan langkah penting bagi perserta didik untuk memberikan hasil yang lebih baik. Untuk menjembatani hal tersebut diperlukan sebuah pembelajaran mengartikan Al-Quran hadits.

    B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Mengartikan Qur’an Hadits?
2.      Apa metode dalam mengartikan Qur’an hadits?
3.      Apa pendekatan Mengartikan Qur’an Hadits?
4.      Apa model Mengartikan Qur’an Hadits?
5.      Apa strategi Mengartikan Qur’an Hadits?
6.      Apa media Mengartikan Qur’an Hadits?





BAB II
PEMBELAJARAN MENGARTIKAN QUR’AN HADITS DI MI
    A.    PENGERTIAN MENGARTIKAN QUR’AN HADITS

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1999) disebutkan bahwa menerjemahkan berarti menyalin atau memindahkan dari suatu bahasa ke bahasa lain.  Kata terjemah sendiri berasal dari bahasa arab, yskni tarjamah yang mengandung arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dobois dalam buku zaka al farisi mendefinisikan penerjemahan adalah pengungkapan kembali dalam suatu bahasa (bahasa target) apa yang telah diungkapkan bahasa lain (bahasa sumber).[1]
 Mengartikan atau menterjemahkan  secara etarmologis berarti memindahkan lafal dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dalam hal ini memindahkan lafal ayat-ayat Al-Qur’an yang berbahasa arab ke dalam bahasa Indonesia. [2]
    B.     METODE MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
1.      Metode penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai terjemahan antar baris dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat terkait pada tataran kata. Penerjemah hanya mencari padanan kata-kata dalam bahasa target yang pas dengan yang terdapat dalam sumber. Susunan kata-kata pada teks sumber dipertahankan sedemikian rupa; kata-kata diterjemahkan satu per satu ke dalam makna yang paling umum tanpa memindahkan konteks pemakaiannya. Sampai-sampai kata-kata yang memiliki nuansa budaya pun diterjemahkan secara harfiah.
2.      Metode penerjemahan harfiah
Penerjemahan harfiah dilakukan dengan mengalihkan kontruksi gramatika bahasa sumber kedalam konstruksi gramatika bahasa target yang memiliki padanan paling dekat. Namun demikian unsure leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu per satu tanpa mengindahkan konteks yang melatarinya. Jadi seperti halnya pada metode penerjemahan kata demi kata, pada metode ini pun pemadanan dilakukan masih terlepas dari konteks.
3.      Metode penerjemahan setia
Dengan metode ini penerjemah berupaya sesetia mungkin mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target. Dalam penerjemahan setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan gramatika dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa. Dengan kata lain, metode ini berupaya untuk setia (faithful) sepenuhnya kepada maksud dan realisasi teks bahasa sumber penulisnya.
4.      Metode penerjemahan semantik
metode penerjemahan semantic berfokus pada pencarian padanan pada tataran kata, tetapi tetap terikat budaya bahasa sumber. Penerjemahan simatis sangat memperhatikan nilai estetika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras dengan asonansi, serta permainan dan pengulangan kata yang mengetarkan.
5.      Metode penerjemahan adaptasi
Metode penerjemahan adaptasi merupakan penerjemahan teks yang paling bebas. Metode ini terutama digunakan dalam menterjemahkan naskah drama dan puisi dengan tetap mempertahankan tema, karakter dan alur cerita.
6.      Metode penerjemahan bebas
Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa mengunakan cara tertentu dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk akibatnya, metode ini menghasilkan teks target yang tidak lagi mengandung gaya atau bentuk teks sumber.
7.      Metode penerjemahan komunikatif
Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengunggkapkan makna kontekstual bahasa sumber secar tepat. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna dan fungsi yang selaras dalam bahasa target. Sebab, bisa jadi suatu kalimat terjemahan sudah benar tetapi maknanya tidak logis, bentuk dan makna bisa jadi sudah sesuai, tetapi secar pragmatic pengunaannya tidak pas dan tidak alamiah.[3]
    C .    PENDEKATAN MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
Pendekatan berada pada tingkat yang tertinggi, yang kemudian diturunkan dalam bentuk metode. Pendekatan dalam KBBI didefinisikan sebagai sebuah proses, perbuatan, atau cara mendekati. Menurut Naqah (Dalam Acep Hermawan, 2012) mengartikan Pendekatan pembelajaran (Madkhal Al Tadrisi/Teaching Approach) adalah sekumpulan asumsi tentang proses belajara mengajar yang dalam bentuk pemikiran aksiomatis yang tidak perlu diperdebatkan. Dengan kata lain pendekatan merupakan pendirian filosofis yang selanjutnya menjadi acuan dalam kegiatan pembelajaran.
Pendekatan dalam mengartikan Qur’an Hadits dalam proses pembelajaran diantaranya adalah :
1.      Pendekatan Rasional
Pendekatan Rasional adalah pendekatan yang menekankan bagaimana proses dan kegiatan pembelajaran peserta didik diaktifkan dan diajak untuk menggunakan logika dan nalarnya.[4] dalam proses kegiatan pembelajaran mengartikan atau menerjemahkan maka akan menuntut  logika dan pikiran siswa dalam pembelajaran.
2.      Pendekatan Formal
Pendekatan ini menganggap pembelajaran sebagai suatu kegiatan pembelajaran rutin yang konvensional, dengan mengikuti cara-cara yang telah biasa dilakukan pengalaman. Pembelajarannya pun hanya berdasarkan atas pengalaman pengajar dan apa yang dianggap baik oleh umum.
3.      Pendekatan Fungsional
 Pendekatan ini menyarankan dalam proses pembelajaran menekankan kontak langsung dengan siswa atau menggunakannya secara langsung. Peserta didik akan sendirian merasakan fungsi pembelajaran mengartikan tersebut. [5 ]
     D.    STRATEGI MENGARIKAN QUR’AN HADITS
Strategi penerjemahan diterapkan ketika proses penerjemahan berlangsung, baik pada tahap analisis teks sumber maupun pada tahap pengalihan pesan ke dalam bahasa target. Strategi penerjemahan diperlukan agar penerjemah tidak mengalami kegamangan dalam menangani persoalan yang muncul selama proses penerjemahan. Menurut Lorscher ( dalam Zaka Al Farisi, 2005) strategi penerjemahan adalah langkah-langkah yang diacu penerjemah dalam mengatasi kendala-kendala penerjemahan.[6]
Terdapat dua strategi penerjemahan yaitu:
1.      Strategi global, yaitu yang berhubungan dengan keselurahan kegiatan penerjemahan termasuk dalam strategi ini ialah mempertimbangkan segmentasi pembaca teks terjemahan
2.      Strategi lokal, yaitu strategi yang bertalian dengan persoalan-persoalan khusus seperti pencarian kosa kata, penentuan diksi dll.[7]

     E.     MEDIA MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. “Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh – pengaruh psikologi terhadap siswa.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran Mengartikan Al-Qur’an hadits, antara lain :
1.      Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi menyalurkan pesa dari sumber kepenerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual.
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaianpesa dapa berhasil da efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarikperhatian,memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relative mura ditinjau dari segi biayanya. Banyak jenis media grafis diantaranya:
a. Gambar/Foto
Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa ynag paling umum, yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
b. Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat belajar menggambar, setiap guru yang baik dapatlah menuangkan ide-idenya kedalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganyapun tidak perlu dipersoalkan sebab madia ini dibuat langsung oleh guru. Sketsa dapat dibuat secara cepat sementara guru menerangkan, dapat pula dipakai untuk tujuan tersebut.
2. Teks
Media ini membantu pembelajar fokus pada materi yang disiswai karena pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi, serta sangat cocok bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi. Akan tetapi media teks di dalam multimedia memerlukan tempat penyimpanan yang besar di dalam komputer, serta memerlukan software dan hardware yang spesifik agar suara dapat disampaikan melalui komputer.
3. Audio
Media audio memudahkan dalam mengidentifikasi obyek-obyek, mengklasifikasikan obyek, mampu menunjukkan hubungan spatial dari suatu obyek, membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret
4. Video
Video mungkin saja kehilangan detail dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu mengingat detail dari scene ke scene. Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan riil dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan. Video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor. Pemilihan media pembelajaran qur’an hadits dengan menggunakan multi media dapat digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas atau pembelajaran sendiri. Bisa juga digunakan untuk pembelajaran di rumah dan di sekolah. Sesi pembelajaran bisa disesuaikan dengan tahap penerimaan dan pemahaman siswa.[8]

































BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran mengartikan Quran hadits Memiliki beberapa metode, pendekatan, strategi, media yang beragam. Dibutuhkan kreatifitas guru dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan sebuah pembelajaran. Terampil dalam mengartikan sejak awal merupakan langkah penting bagi perserta didik untuk memberikan hasil yang lebih baik. Untuk menjembatani hal tersebut diperlukan sebuah pembelajaran mengartikan Al-Quran hadits.











DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan, 2010. ‘Ulumul Qur’an Ilmu untuk memahami Wahyu,  Bandung: P.T Remaja Rosdakarya
Arsyad Azhar. 2002. Media Pembelajaran.Bandung: RajaGrafindo Persada.
Iskandarwassid. 2011. Strategi pembelajaran Bahasa, Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.
Zaki Al Farisi,. 2011. Pedoman penerjemahan  Arab-Indonesia, Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.



[1] Zaki Al Farisi, Pedoman penerjemahan  Arab-Indonesia, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 20-21.
[2]  Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an Ilmu untuk memahami Wahyu,  (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, hal. 114.
[3] Ibid, hlm. 53-57.
[4] Iskandarwassid, Strategi pembelajaran Bahasa, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 41.
[5] Iskandarwassid, Strategi pembelajaran Bahasa, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 42-43.
[6] Zaki Al Farisi, Op.Cit.,  hlm. 47.
[7] Ibid, hlm. 48.
[8] Arsyad Azhar, Media Pembelajaran , (Bandung: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 15-17.

PEMBELAJARAN MENULIS QUR’AN HADITS DI MI OLEH ANDI SAPUTRA DKK ( PGMI/A/V )

PEMBELAJARAN MENULIS QUR’AN HADITS DI MI
A.    Pengertian Menulis
Keterampilan menulis (Maharah al-kitabah/ writing skill) adalah kemampuan dalam mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang sederhana seperti menulis kata-kata sampai kepada mengarang.[1]
Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan, perasaan atau informasi secara tertulis kepada pihak lain.[2]

B.     Pendekatan Pembelajaran Menulis Qur’an dan Hadits
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat-sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan, begitu juga dalam pembelajaran menulis Qur’an Hadits yang di lakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah:
1.    Pendekatan konsep
Pendekatan yang dilakukan dengan cara membimbing peserta didik dalam memahami suatu konsep bahasan yang di pelajari.
2.    Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran.[3]


C.    Strategi Pembelajaran Qur’an Hadits
Strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, peengelolaan lingkungan, pengelolaan sumber belajar dan penilaian (asesmen)  agar pembelajaran lebih efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis Qur’an dam Hadits yaitu strategi pembelajaran langsung, yaitu suatu suatustrategi yang menekankan peserta didik harus menguasai suatu konsep pembelajaran yang sedang dipelajari.[4]

D.    Metode Pembelajaran Menulis Qur’an Hadits
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.[5]
Metode-Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis Qur’an dan Hadits adalah:
1.    Metode Imlak (Al-Ilmla’)
            “Menurut DefinisiMahmud Ma’ruf (1985:157) Imlak adalah menuliskan huruf-huruf sesuai posisi nya dengan benar dalam kata-kata untuk menjaga terjadinya kesalahan makna.
            Imlak (Imla’i) adalah katergori menulis yang menekankan pada rupa/postur huruf dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
            Secara umum, ada tiga kecakapan dasar yang dikembangkan dalam keterampilan Imlak,yaitu:
a.    Kecakapan mengamati
b.   Kecakapan mendengar
c.    Kelenturan tangan dalam menulis.
Secara garis besar ada 3 macam dan teknikyang harus di perhatikan dalam pembelajaran Imlak,yaitu:
a.  Imlak menyalin (Al-imla’ Al-Manaqul)
Menyalin adalah memindahkan tulisan dari media tertentu dalam buku peserta didik.
b.  Imlak mengamati (Al-Imla’ Al-Mandzur)
Mengamati adalah melihat tulisan dalam media tertentu dengan cermat, seterlah itu dipindahkan ke dalam buku pelajar tanpa melihat lagi tulisan.
c.  Imlak Menyimak (Al-Imlak Al-Istima’i)
Menyimak adalah mendengarkan kata-kata/kalimat/teks yang dibacajan, lalu menulisnya.
d. Imlak Tes (Al-Imla’ Al Ikhtibari)
Imlak tes bertujuan untuk mengukur kemampuan dan kemajuan peserta didik dalam imlak yang telah mereka pelajari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.[6]

2.    Metode Drill
Drill adalah metode yang dilakukan dalam pengajaran dengan melatih peserta didik tentang apa yang telah di pelajari, metode ini melatih pserta didik untuk mengulang materi menulis Al-Qur’an Hadits setelah guru memberikan contoh penulisannya.[7]

3.    Metode Yanbu’a
Yanbu’a adalah metode menulis huruf arab (Hijaiyyah) dengan cara terlebih dahulu membentuk sketsa-sketsa huruf hijaiyyah,kemudian baru membentuk huruf hijaiyyah yang lebih utuh.[8]

E.     Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘ perantara’ atau ‘pengantar’ . dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( ÙˆَسَاعِÙ„ ) atau pengantar  esan dari pengirim kepada penerima pesan.[9]
Media yang dapat digunakan dalam Pembelajaran Menulis Al-Qur’an dan Hadits adalah:
a.    Media buku teks yang berisi tentang huruf-huruf Hijaiyyah,potongan kata, dan kalimat dalam ayat dan hadits.
b.    Kertas karton yang di berisi tulisan huruf-huruf hijaiyyah, serta cara menyambung beberapa huruf menjadi satu kalimat.
c.    Media foto, gambar, dan poster mengenai huruf-huruf hijaiyyah dan kalimat ayat Al-Qur’an atau Hadits.
d.   Media Film, Televisi, Video yang berisi tentang materi pembelejaran menulis qur’an dan Hadits.[10]




[1] Chaedar Alwasilah, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 151.
[2] M. Yunus dkk, Keterampilan Menulis, (Banten: Universitas Terbuka, 2013), hlm. 1.3.
[3] Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 18.
[4] Ibid, hlm. 20.
[5] Ibid, hlm. 19.
[6] Op. Cit, hlm. 151-153.
[7] Najib Sulhan dkk, Panduan Mengajar Akidah Akhlak, (Surabaya: Zikrul Hakim, 2012), hlm. 43.
[8] Muhammad Ulinnuha Arwani, Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al- Qur’an Yanbu’a,(Kudus: Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, 2004), hlm. 1.
[9] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 3.
[10] Ibid, hlm. 33.

RPP SKI ABDULLAH PGMI/A/V ( Kebiasaan yang biasa dilakukan masyarakat praislam,Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah                         : MIN. Nurul Iman
Mata Pelajaran                        : Sejarah Kebudayan Islam (SKI)
Kelas/Semester                        : III / I (satu)
Pemebajaran Ke                      : 1
Materi pokok                           : Kebiasaan yang biasa dilakukan masyarakat praislam,       
                                                   Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam
Alokasi waktu                         : 2 x 35 menit ( 1 pertemuan )

A.    Kompetensi Inti :
              KI.3                           MEMAHAMI PENGETAHUAN FAKTUAL
                                                DENGAN CARAMENGAMATI
                                               [MENDENGAR, MELIHAT, MEMBACA]
DAN MENANYA BERDASARKAN RASA
INGIN TAHU TENTANG DIRINYA,MAKHLUK CIPTAAN TUHAN DAN
KEGIATANNYA, DAN BENDA-BENDA
YANG DIJUMPAINYA DI RUMAH DAN DISEKOLAH

B.     Kompetensi Dasar dan Indikator
NO
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.
3.1  Memahami Adat Istiadat  Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam
1.  Mampu mengetahui kebiasaan yang dilakukan masyarakat praislam
2.  Mampu memahami Adat Istiadat  Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam

C.     Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan proses pembelajaran peserta didik mampu :
1.      Siswa mampu membedakan kebiasaan baik dan buruk Adat Istiadat  Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam
2.      Siswa mampu menjelaskan kembali Adat Istiadat  Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam


D.    Materi Pembelajaran :
Kebiasaan yang biasa dilakukan masyarakat praislam,Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam
E.     Metode Pembelajran
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab
3.      Diskusi

F.      Media, Alat dan Sumber Belajar :
1.      Media
Infokus
2.      Alat
Papan tulis, spidol.
3.      Sumber Belajar
Buku : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 3 untuk MI

G.    Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran
1.      Kegiatan awal
Pendahuluan :
a.       Membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama di pimpin oleh ketua kelas.
b.      Menanyakan kabar siswa
c.       Mengabsen siswa.
d.      Mempersiapkan media dan alat belajar.

Apersepsi :
a.       Mengajukan pertanyaan seputar pelajaran yang akan dibahas.

Tujuan :
a.       Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan di capai oleh peserta didik
b.      Menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mencermati dan mendiskusikan materi pelajaran.

2.      Kegiatan Inti
Mengamati :
a.       Guru memberikan dan menjelaskan tentang materi pembelajaran melalui metode ceramah dan dibantu dengan media infokus;
b.      Peserta didik di minta untuk melihat, mendengarkan dan mencermati penjelasan guru dan materi pembahasan yang ada di layar infokus.

Menanya :
a.       Guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk bertanya seputar materi pembelajaran
b.      Guru memberikan jawaban dan penguatan seputar pertanyaan yang di ajukan oleh setiap peserta didik.

Asosiasi :
a.       Guru membentuk siswa menjadi 4 kelompok
b.      Selanjutnya, guru memberikan tugas kepada setiap kelompok
c.       Kemudian setiap kelompok mendiskusikan tugas yang telah di berikan

Komunikasi :
a.       Setiap perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka
b.      Siswa yang lain mendengarkan persentase dari perwakilan kelompok
c.       Guru meminta salah seorang siswa untuk menceritakan kembali Adat Istiadat  Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam
d.      Guru memberi penguatan dari cerita yang di sampaikan siswa

3.      Kegiatan penutup
a.       Menyimpulkan materi yang sudah disampaikan
b.      Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang   sudah disampaikan
c.       Guru memberikan Tugas latihan/PR
d.      Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada per­temuan berikutnya.
e.       Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

H.    Penilaian Hasil Belajar:
1)       Sikap spiritual (observasi)
a.    Teknik Penilaian      : Penilaian diri
b.    Bentuk Instrumen      : Lembar penilaian diri
c.     Kisi-kisi        :
No.
Sikap/nilai
Butir Instrumen
  1.  
Berdo’a sebelum dan sesudah belajar
Terlampir
  1.  
Mengucapkan kalimat basmalah setiap mau memulai aktivitas
Terlampir
Instrumen: Terlampir

2)    Sikap sosial (observasi)
a.    Teknik Penilaian      : Penilaian Antar Teman
b.    Bentuk Instrumen      : Lembar Penilaian
c.     Kisi-kisi:
No.
Sikap/nilai
Butir Instrumen
  1.  
Kerjasama
Terlampir
  1.  
DIsiplin
Terlampir
  1.  
Percaya Diri
Terlampir
Instrumen: Terlampir


3)      Pengetahuan (Tes)
a.    Teknik Penilaian      : Tes Lisan
b.    Bentuk Instrumen      : Lembar penilaian tes lisan
c.     Kisi-kisi
No.
Indikator
Butir Instrumen
1.
Menyebutkan  Adat Istiadat  Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam
Sebutkan kebiasaan yang dilakukan masyarkat arab praislam secara umum ?
2.
Membedakan kebiasaan baik dan buruk masyarkat arab praislam
Bedakan kebiasaan baik dan buruk masyarkat arab praislam ?         
Instrumen: Terlampir

4)    Keterampilan (Individu)
a.    Teknik Penilaian    : Kinerja
b.    Bentuk Instrumen    : Lembar penilaian kinerja
c.     Kisi-kisi                  :


Text Box: Ayo Tuliskan kembali bagaimana Adat Istiadat  Dan Kepercayaan Masyarakat Praislam
 



Nama : ………………………………..
Kelas : ………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….





Mengetahui,
Kepala MIN. NURUL IMAN




ANDRE SYAHPUTRA
NIP.




......................, ......................................
Guru Mata Pelajaran Agama




ABDULLAH
NIP.