BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Al-Qur’an dan hadits bagi umat islam
merupakan sumber ajaran islam yang paling utama. Penyikapan terhadap kedua
sumber utama tersebut tentu saja tidak terhenti pada tingkat mampu untuk
membaca, menulis atau menghafal saja. Pada kondisi selanjutnya seorang muslim
sebaiknya mampu untuk mengartikan Al-Qur’an dan hadits menjadi gerbang awal
untuk memahami kandungan Al-Qur’an dan hadits. Terampil dalam mengartikan sejak
awal merupakan langkah penting bagi perserta didik untuk memberikan hasil yang
lebih baik. Untuk menjembatani hal tersebut diperlukan sebuah pembelajaran
mengartikan Al-Quran hadits.
B.
Rumusan
Masalah
1. Pengertian Mengartikan Qur’an Hadits?
2. Apa metode dalam mengartikan Qur’an
hadits?
3. Apa pendekatan Mengartikan Qur’an
Hadits?
4. Apa model Mengartikan Qur’an Hadits?
5. Apa strategi Mengartikan Qur’an Hadits?
6. Apa media Mengartikan Qur’an Hadits?
BAB
II
PEMBELAJARAN
MENGARTIKAN QUR’AN HADITS DI MI
A.
PENGERTIAN
MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
(1999) disebutkan bahwa menerjemahkan berarti menyalin atau memindahkan dari
suatu bahasa ke bahasa lain. Kata
terjemah sendiri berasal dari bahasa arab, yskni tarjamah yang mengandung arti
menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari suatu bahasa ke
bahasa lain. Dobois dalam buku zaka al farisi mendefinisikan penerjemahan
adalah pengungkapan kembali dalam suatu bahasa (bahasa target) apa yang telah
diungkapkan bahasa lain (bahasa sumber).[1]
Mengartikan
atau menterjemahkan secara etarmologis
berarti memindahkan lafal dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dalam hal ini
memindahkan lafal ayat-ayat Al-Qur’an yang berbahasa arab ke dalam bahasa
Indonesia. [2]
B.
METODE
MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
1.
Metode
penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan
kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai terjemahan antar baris
dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata bahasa sumber. Metode
ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat terkait pada tataran
kata. Penerjemah hanya mencari padanan kata-kata dalam bahasa target yang pas
dengan yang terdapat dalam sumber. Susunan kata-kata pada teks sumber
dipertahankan sedemikian rupa; kata-kata diterjemahkan satu per satu ke dalam
makna yang paling umum tanpa memindahkan konteks pemakaiannya. Sampai-sampai
kata-kata yang memiliki nuansa budaya pun diterjemahkan secara harfiah.
2.
Metode penerjemahan harfiah
Penerjemahan
harfiah dilakukan dengan mengalihkan kontruksi gramatika bahasa sumber kedalam
konstruksi gramatika bahasa target yang memiliki padanan paling dekat. Namun
demikian unsure leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu per satu tanpa
mengindahkan konteks yang melatarinya. Jadi seperti halnya pada metode
penerjemahan kata demi kata, pada metode ini pun pemadanan dilakukan masih
terlepas dari konteks.
3.
Metode penerjemahan setia
Dengan metode
ini penerjemah berupaya sesetia mungkin mengalihkan makna kontekstual bahasa
sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target. Dalam penerjemahan setia ini
kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan gramatika dalam terjemahan
dipertahankan sedemikian rupa. Dengan kata lain, metode ini berupaya untuk
setia (faithful) sepenuhnya kepada maksud dan realisasi teks bahasa sumber
penulisnya.
4.
Metode penerjemahan semantik
metode penerjemahan
semantic berfokus pada pencarian padanan pada tataran kata, tetapi tetap
terikat budaya bahasa sumber. Penerjemahan simatis sangat memperhatikan nilai
estetika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras dengan asonansi, serta
permainan dan pengulangan kata yang mengetarkan.
5.
Metode penerjemahan adaptasi
Metode
penerjemahan adaptasi merupakan penerjemahan teks yang paling bebas. Metode ini
terutama digunakan dalam menterjemahkan naskah drama dan puisi dengan tetap
mempertahankan tema, karakter dan alur cerita.
6.
Metode penerjemahan bebas
Penerjemahan
bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa mengunakan cara tertentu
dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk
akibatnya, metode ini menghasilkan teks target yang tidak lagi mengandung gaya
atau bentuk teks sumber.
7.
Metode penerjemahan komunikatif
Metode
penerjemahan komunikatif ini berupaya mengunggkapkan makna kontekstual bahasa
sumber secar tepat. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna dan
fungsi yang selaras dalam bahasa target. Sebab, bisa jadi suatu kalimat
terjemahan sudah benar tetapi maknanya tidak logis, bentuk dan makna bisa jadi
sudah sesuai, tetapi secar pragmatic pengunaannya tidak pas dan tidak alamiah.[3]
C .
PENDEKATAN
MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
Pendekatan berada pada tingkat yang
tertinggi, yang kemudian diturunkan dalam bentuk metode. Pendekatan dalam KBBI
didefinisikan sebagai sebuah proses, perbuatan, atau cara mendekati. Menurut
Naqah (Dalam Acep Hermawan, 2012) mengartikan Pendekatan pembelajaran (Madkhal Al Tadrisi/Teaching Approach)
adalah sekumpulan asumsi tentang proses belajara mengajar yang dalam bentuk
pemikiran aksiomatis yang tidak perlu diperdebatkan. Dengan kata lain
pendekatan merupakan pendirian filosofis yang selanjutnya menjadi acuan dalam
kegiatan pembelajaran.
Pendekatan
dalam mengartikan Qur’an Hadits dalam proses pembelajaran diantaranya adalah :
1. Pendekatan
Rasional
Pendekatan
Rasional adalah pendekatan yang menekankan bagaimana proses dan kegiatan
pembelajaran peserta didik diaktifkan dan diajak untuk menggunakan logika dan
nalarnya.[4] dalam proses kegiatan
pembelajaran mengartikan atau menerjemahkan maka akan menuntut logika dan pikiran siswa dalam pembelajaran.
2. Pendekatan Formal
Pendekatan
ini menganggap pembelajaran sebagai suatu kegiatan pembelajaran rutin yang
konvensional, dengan mengikuti cara-cara yang telah biasa dilakukan pengalaman.
Pembelajarannya pun hanya berdasarkan atas pengalaman pengajar dan apa yang
dianggap baik oleh umum.
3. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini menyarankan dalam proses
pembelajaran menekankan kontak langsung dengan siswa atau menggunakannya secara
langsung. Peserta didik akan sendirian merasakan fungsi pembelajaran
mengartikan tersebut. [5 ]
D.
STRATEGI
MENGARIKAN QUR’AN HADITS
Strategi penerjemahan diterapkan ketika
proses penerjemahan berlangsung, baik pada tahap analisis teks sumber maupun
pada tahap pengalihan pesan ke dalam bahasa target. Strategi penerjemahan
diperlukan agar penerjemah tidak mengalami kegamangan dalam menangani persoalan
yang muncul selama proses penerjemahan. Menurut Lorscher ( dalam Zaka Al
Farisi, 2005) strategi penerjemahan adalah langkah-langkah yang diacu
penerjemah dalam mengatasi kendala-kendala penerjemahan.[6]
Terdapat dua strategi penerjemahan
yaitu:
1. Strategi global, yaitu yang berhubungan
dengan keselurahan kegiatan penerjemahan termasuk dalam strategi ini ialah
mempertimbangkan segmentasi pembaca teks terjemahan
2. Strategi lokal, yaitu strategi yang
bertalian dengan persoalan-persoalan khusus seperti pencarian kosa kata,
penentuan diksi dll.[7]
E.
MEDIA
MENGARTIKAN QUR’AN HADITS
Kata media berasal dari bahasa
latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau
“pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. “Media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh
– pengaruh psikologi terhadap siswa.
Selain membangkitkan motivasi dan
minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran
data, dan memadatkan informasi.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa
digunakan dalam proses pengajaran Mengartikan Al-Qur’an hadits, antara lain :
1. Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana
halnya media yang lain media grafis berfungsi menyalurkan pesa dari sumber
kepenerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.pesan yang
akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual.
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya
agar proses penyampaianpesa dapa berhasil da efisien. Selain fungsi umum
tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk
menarikperhatian,memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta
yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain
sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relative mura
ditinjau dari segi biayanya. Banyak jenis media grafis diantaranya:
a.
Gambar/Foto
Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media
yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa ynag paling umum, yang dapat
dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu pepatah cina yang
mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
b.
Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draf kasar
yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang
normal dapat belajar menggambar, setiap guru yang baik dapatlah menuangkan
ide-idenya kedalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik perhatian murid,
menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganyapun
tidak perlu dipersoalkan sebab madia ini dibuat langsung oleh guru. Sketsa
dapat dibuat secara cepat sementara guru menerangkan, dapat pula dipakai untuk
tujuan tersebut.
2. Teks
Media ini membantu pembelajar fokus pada materi yang
disiswai karena pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain
yang menuntut konsentrasi, serta sangat cocok bila digunakan sebagai media
untuk memberikan motivasi. Akan tetapi media teks di dalam multimedia
memerlukan tempat penyimpanan yang besar di dalam komputer, serta memerlukan
software dan hardware yang spesifik agar suara dapat disampaikan melalui
komputer.
3.
Audio
Media audio memudahkan dalam mengidentifikasi
obyek-obyek, mengklasifikasikan obyek, mampu menunjukkan hubungan spatial dari
suatu obyek, membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret
4.
Video
Video mungkin saja kehilangan detail dalam pemaparan
materi karena siswa harus mampu mengingat detail dari scene ke scene. Umumnya
pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks
sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi
dengan materi. Video memaparkan keadaan riil dari suatu proses, fenomena atau
kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan. Video sangat cocok untuk
mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor. Pemilihan media
pembelajaran qur’an hadits dengan menggunakan multi media dapat digunakan dalam
pembelajaran di dalam kelas atau pembelajaran sendiri. Bisa juga digunakan
untuk pembelajaran di rumah dan di sekolah. Sesi pembelajaran bisa disesuaikan
dengan tahap penerimaan dan pemahaman siswa.[8]
BAB
III
KESIMPULAN
Pembelajaran mengartikan Quran hadits
Memiliki beberapa metode, pendekatan, strategi, media yang beragam. Dibutuhkan
kreatifitas guru dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai sarana
untuk mencapai tujuan sebuah pembelajaran. Terampil dalam mengartikan sejak
awal merupakan langkah penting bagi perserta didik untuk memberikan hasil yang lebih
baik. Untuk menjembatani hal tersebut diperlukan sebuah pembelajaran
mengartikan Al-Quran hadits.
DAFTAR PUSTAKA
Acep Hermawan, 2010. ‘Ulumul Qur’an Ilmu untuk memahami Wahyu, Bandung: P.T Remaja Rosdakarya
Arsyad
Azhar. 2002. Media Pembelajaran.Bandung:
RajaGrafindo Persada.
Iskandarwassid. 2011. Strategi pembelajaran Bahasa, Bandung:
P.T Remaja Rosdakarya.
Zaki Al Farisi,. 2011. Pedoman penerjemahan Arab-Indonesia, Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya.
[1] Zaki Al Farisi, Pedoman
penerjemahan Arab-Indonesia,
(Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 20-21.
[2] Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an Ilmu untuk memahami Wahyu,
(Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, hal.
114.
[3] Ibid, hlm. 53-57.
[4] Iskandarwassid, Strategi
pembelajaran Bahasa, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 41.
[5] Iskandarwassid, Strategi
pembelajaran Bahasa, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 42-43.
[6] Zaki Al Farisi, Op.Cit., hlm. 47.
[7] Ibid, hlm. 48.
[8] Arsyad Azhar, Media
Pembelajaran , (Bandung: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 15-17.